Rabu, 25 Mei 2011

Belajar Youuuk...


Menulislah Berita, Mulai dengan Unsur ‘Who’

“Bertempat di  Hotel A Jakarta, Senin 12 Januari  2009, dilaksanakan BUSSINES MEETING  PT Romel Jayaperkasa yang bertajuk “Dampak Krisis Ekonomi Global Terhadap Industri di Indonesia” yang dihadiri oleh Dirut, Kepala Dishub, Kepala Bank X, Ketua Gapensi, Ketua Asosiasi Kawasan Berikat, Dinas Perindag, Dir. PTPNI, Ketua Wilayah Karantina, Perwakilan dari instansi pemerintah dan BUMN, dan para undangan sebanyak 75 orang terdiri atas para pengusaha ekportir-importir Indonesia.”

Saya yakin, Anda butuh pemikiran ekstra untuk memahami kalimat tersebut. Itulah tipikal karya jurnalistik wartawan pemula. Mereka sering mengawali lead berita dengan unsur tempat atau waktu.  Jelas, mereka tidak belajar dengan baik di bangku kuliah atau di tempat diklat jurnalistik. Mereka juga tidak belajar dari berita-berita yang ada di koran-koran hasil tulisan para wartawan senior.

Tipikal lainnya adalah memulai berita dengan unsur waktu (WHEN). Misalnya:

”Pada hari Minggu tanggal 15 Januari 2009 diadakan acara pelantikan pengurus baru forum KADS (Kesatuan Aksi Diri Sendiri) oleh Ketua Pembina Yayasan KADS Romel Sukabalabala Banget di Hotel A Bandung…

Sebaiknya:
Ketua Pembina Yayasan Kesatuan Aksi Diri Sendiri (KADS) Romel Sukabalabala Banget melantik pengurus baru forum KADS di Hotel A Bandung, Minggu (15/1).
Ketua Pembina Yayasan Kesatuan Aksi Diri Sendiri (KADS) Romel Sukabalabala Banget, Minggu (15/1), melantik pengurus baru forum KADS di Hotel A Bandung.

Simaklah koran Anda hari ini, adakah berita yang diawali dengan unsur waktu atau tempat? Misalnya, “bertempat di ….” atau “pada hari …. tanggal…”?. Salah satu cara untuk mampu menulis berita dengan baik, adalah harus mempelajari struktur berita yang hadir setiap hari di koran-koran. Perhatikan bagaimana struktur kata atau kalimat pada judul, lead, dan tiap awal paragraf.

Perhatikan pula, apakah ada opini wartawan dalam berita itu? Tentu saja tidak karena para wartawan profesional memahami betul larangan pencampuradukan antara fakta dan opini, juga wartawan juga harus paham betul konsekuensinya jika larangan itu dilanggar.

Cara mudah (rumus jitu) menulis berita, utamanya pada bagian awal atau teras berita (lead). Rumus jitu itu berbasis unsur 5W+1H (What = apa yang terjadi, Who = siapa yang terlibat dalam peristiwa itu, When = kapan kejadiannya, Why = kenapa itu terjadi, Where = di mana, dan How = bagaimana proses kejadiannya), yakni formula “Who does what, when, where, why, and how” (Siapa melakukan apa, kapan, di mana, kenapa, dan bagaimana).

Contohnya, mari kita edit atau susun ulang berita di atas, disesuaikan dengan formula  5W+1H. Hasilnya seperti ini:
PT Romel Jayaperkasa melaksanakan Business Meeting (Pertemuan Bisnis) di Hotel A Jakarta, Senin (12/1). Acara bertajuk “Dampak Krisis Ekonomi Global Terhadap Industri di Indonesia” itu dihadiri oleh Dirut, Kepala Dishub, Kepala Bank X, Ketua Gapensi, Ketua Asosiasi Kawasan Berikat, Dinas Perindag, Dir. PTPNI, Ketua Wilayah Karantina, serta perwakilan instansi pemerintah dan BUMN. Tuurt hadir 75 tamu undangan terdiri atas para pengusaha ekspor-import Indonesia.

Uraian unsur 5W+1H:
 WHO = PT Romel Jayaperkasa
 WHAT = melaksanakan Business Meeting (pertemuan bisnis)
 WHERE= di Hotel A Jakarta
 WHEN = Senin (12/1)
 WHY = (tujuan acara, mengapa acara itu digelar, belum dimasukan)
 HOW = Acara bertajuk “Dampak Krisis Ekonomi Global Terhadap Industri di Indonesia” itu dihadiri .. dst.

Jadi, sebagai standar penulisan berita, mulailah dengan unsur WHO: WHO DOES WHAT, Siapa Melakukan Apa. Untuk berita opini (opinion news), gunakan formula WHO SAYS WHAT, Siapa Mengatakan Apa. Tidak ada larangan memulainya dengan unsur lain, apalagi jika menggunakan gaya penulisan “jurnalisme sastra” atau “jurnalisme baru”, juga penulisan jenis berita selain berita (straight news). Tapi lazimnya, atau sebagai standar penulisan bagi pemula, berita (straight news) dimulai dengan unsur WHO sesuai dengan kaidah tata bahasa SPOK (Subjek, Predikat, Objek, dan Keterangan).



Tips Singkat Menulis Features

Menulis features seperti halnya menulis karya nonfiksi lainnya, seperti artikel, esai, laporan penelitian, dsb. Ditulis dengan menggunakan data atau referensi. Namun, sangat berbeda dengan berita (straight news) di surat kabar. Features cenderung dipaparkan secara hidup sebagai pengungkapan daya kreativitas, kadang-kadang dengan sentuhan subjektivitas penulis terhadap peristiwa, situasi, dsb.
Dalam bukunya Features Writing for Newspaper (1975), DR Williamson berujar, features ialah tulisan kreatif yang terutama dirancang guna memberi informasi sambil menghibur tentang suatu kejadian situasi, atau aspek kehidupan seseorang. Dengan demikian, features bisa dianggap tulisan yang lebih ringan dibandingkan dengan berita atau artikel opini.

Ciri khas features terletak pada empat poin:
• Kreativitas (dalam hal menciptakannya),
• Informatif (dalam hal isinya),
• Menghibur (dalam hal gaya penulisannya), dan
• Boleh subjektif (dalam hal cara penuturannya).

Features yang ditulis di surat kabar sangat beragam. Paling sedikit, ada tiga macam features, yakni (1) features berita (news features), (2) feature ilmu pengetahuan (science feature), dan (3) features minat manusia (human interest features).

Pertama, features berita biasanya muncul bersamaan dengan terjadinya suatu peristiwa. Dalam hal ini, news features lebih membicarakan kejadian dari peristiwa tersebut dengan disertai proses timbulnya kejadian itu.

Kedua, features ilmu pengetahuan biasanya dikemukakan dengan cukup berbobot. Ciri tulisan ini ditandai oleh kedalaman pembahasan dan objektivitas pandangan yang dikemukakan. Features jenis ini juga bisa kita baca di beberapa koran dan majalah, seperti Kompas, Tiara, Trubus, Intisari, Info Komputer, dsb.

Ketiga, features minat manusia yakni jenis features yang lebih banyak menuturkan situasi yang menimpa orang, dengan cara penyajian tulisan yang menyentuh hati dan menyentil perasaan.

Mengingat features itu pada dasarnya lebih mengandalkan pada tuturan kejadian, situasi, peristiwa, atau proses terjadinya suatu peristiwa, maka dalam menyajikan tulisan, features harus jelas dan juga logis (masuk akal). Selain itu, features janganlah bersifat menggurui dan sejenisnya. Diharapkan, penulisan features akan lebih menarik jika dibiarkan bercerita sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

Menulis features pada intinya seperti menulis berita di surat kabar (hard news). Artinya, ia harus mengandung enam unsur berita, yakni (1) What, (2) Who, (3) When, (4) Where, (5) Why, dan (6) How. Rumusan ini biasa disingkat menjadi “5W 1H”.
Seorang wartawan/penulis yang baik, setidaknya harus melakukan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Menemukan peristiwa dan jalan cerita,
2.
Cek, ricek, dan triple cek jalan cerita,
3. Memastikan sudut pandang berita (point of view),
4. Menentukan lead atau intro/bagian pembuka, dan
5. Menulis berita

Langkah-langkah Menulis Berita
Setelah menentukan LEAD, kita perlu menginterventarisasi jenis-jenis keterangan yang telah dikumpulkan di lapangan, yaitu JALAN CERITA dari PERISTIWA yang hendak Anda laporkan. Hasil investarisasi inilah yang perlu dibongkar pasang sampai terasa pas dengan JALAN CERITA yang ditemukan, nantinya akan jadi sub judul dari sebuah berita.

Setelah merumuskan LEAD, mulailah kita menata BADAN BERITA. Satu hal yang perlu diingat ialah tempatkanlah hasil inventarisasi yang kurang penting di bagian belakang berita. Semakin kurang penting unsur inventarisasi, semakin ke belakang tempatnya dalam berita. Inilah yang disebut dikenal dengan cara PIRAMIDA TERBALIK.

Singkatnya, ada resep yang bisa Anda gunakan sebagai alternatif memudahkan menulis :
Tulislah berita seperti layaknya Anda mengisahkannya secara lisan. Bila pikiran mulai agak kacau ketika menulis, pilah-pilah lead Anda yang rumit itu dalam dua/tiga kalimat.
Sebisa mungkin gunakanlah kalimat pernyataan yang sederhana. Usahakan tak lebih dari 20 kata. Gunakan kata-kata sederhana, bukan yang berkabut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar